Kasus Mutasi Covid-19 B117 Terdeteksi di Indonesia, Epidemolog Ingatkan untuk Tingkatkan 3T dan 5M
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dua kasus pertama mutasi Covid-19 B117 sudah ditemukan di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI Dante Saksono Harbuwono. Menanggapi hal ini, Epidemiolog dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman mengaku sudah tidak kaget lagi.
Pasalnya, pada akhir 2020 serta Januari silam, dia telah memprediksi bahwa tahun 2021 akan banyak strain baru Covid-19 yang lebih mudah menular daripada sebelumnya.
“Sudah saya sampaikan bahwa ini hanya masalah waktu saja ketemu (kasus dengan strain baru). Dan ketika ketemu, itu bukan berarti hanya dua, tidak, tapi sudah dimana-mana, dan ini saya harus sampaikan. Karena, strategi testing, tracing kita yang tidak memadai,” ujarnya saat dihubungi lewat pesan singkat, Selasa (2/3/2021).
Baca Juga : Waspada! Dua Kasus Mutasi Covid-19 B117 dari Inggris Ditemukan di Indonesia
Tidak hanya lebih mudah menular, dr Dicky juga mengungkapkan bahwa strain baru Covid-19 menyebabkan angka kematian meningkat. “Betul strain baru ini lebih cepat menular dan 30 persen lebih cepat menyebabkan kematian,” kata dia.
Menurutnya, strain baru merupakan ancaman serius yang harus ditangani dengan tepat, yaitu meningkatkan 3T (Tracing, Testing, Treatment) disertai isolasi karantina.
Selain itu, juga memperkuat upaya promotif 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.“Tidak ada cara lain karena pandemi ini sekali lagi adalah krisis kesehatan, responnya harus respon kesehatan, fokus pada aspek kesehatan. Artinya, fokus pada preventif 3T dilanjutkan isolasi karantina, kemudian promotif, 5M,” tegasnya.
Baca Juga : Bersepeda secara Teratur Bantu Bakar Kalori dan Hilangkan Lemak Perut
“Tingkatkan testingnya, setidaknya deteksi dini kemudian isolasi karantina, itu yang harus dilakukan. Dan upaya-upaya 5M harus lebih kuat lagi, ujarnya.
Pasalnya, pada akhir 2020 serta Januari silam, dia telah memprediksi bahwa tahun 2021 akan banyak strain baru Covid-19 yang lebih mudah menular daripada sebelumnya.
“Sudah saya sampaikan bahwa ini hanya masalah waktu saja ketemu (kasus dengan strain baru). Dan ketika ketemu, itu bukan berarti hanya dua, tidak, tapi sudah dimana-mana, dan ini saya harus sampaikan. Karena, strategi testing, tracing kita yang tidak memadai,” ujarnya saat dihubungi lewat pesan singkat, Selasa (2/3/2021).
Baca Juga : Waspada! Dua Kasus Mutasi Covid-19 B117 dari Inggris Ditemukan di Indonesia
Tidak hanya lebih mudah menular, dr Dicky juga mengungkapkan bahwa strain baru Covid-19 menyebabkan angka kematian meningkat. “Betul strain baru ini lebih cepat menular dan 30 persen lebih cepat menyebabkan kematian,” kata dia.
Menurutnya, strain baru merupakan ancaman serius yang harus ditangani dengan tepat, yaitu meningkatkan 3T (Tracing, Testing, Treatment) disertai isolasi karantina.
Selain itu, juga memperkuat upaya promotif 5M yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.“Tidak ada cara lain karena pandemi ini sekali lagi adalah krisis kesehatan, responnya harus respon kesehatan, fokus pada aspek kesehatan. Artinya, fokus pada preventif 3T dilanjutkan isolasi karantina, kemudian promotif, 5M,” tegasnya.
Baca Juga : Bersepeda secara Teratur Bantu Bakar Kalori dan Hilangkan Lemak Perut
“Tingkatkan testingnya, setidaknya deteksi dini kemudian isolasi karantina, itu yang harus dilakukan. Dan upaya-upaya 5M harus lebih kuat lagi, ujarnya.
(wur)